Adalah Hillary Clinton, mantan ibu negara Amerika Serikat dan kemudian mantan Menteri Luar Negeri, yang membuat kalimat itu, dan berhasil mengungkit minat banyak kalangan. Dukungan Clinton pada rencana aksi militer Presiden Amerika Barack Obama, di luar dugaan.
Dalam pidato itu, Clinton mengutip pesan dari Obama, yang mengatakan bahwa usul baru Rusia agar Suriah menempatkan senjata kimia di bawah kontrol internasional akan menjadi langkah penting. Cara Clinton menarik perhatian soal isu Suriah dan dukungannya ke Obama, bakal menjadi kartu menarik untuk potensinya menjadi calon presiden pada 2016.
“Penggunaan senjata penghancur massal yang tak manusiawi oleh rezim Assad melawan orang-orang tak bersalah, perempuan dan anak-anak, melanggar norma universal di jantung tatanan global kita. Karenanya, itu menuntut respons yang kuat dari masyarakat internasional, dipimpin oleh Amerika Serikat,” ujar Clinton.
Selain menyampaian pidato memanfaatkan pertemuan yang jelas-jelas jauh berbeda topiknya, Clinton juga beradu argumentasi di belakang layar. Misalnya, dia menelepon Senator Partai Demokrat dari Arkansas, Mark Pryor, yang menentang rencana Obama. Sebaliknya, Clinton juga menghubungi Senator Partai Demokrat dari New York, Chuck Schumer, yang adalah pendukung rencana Obama.
Sebelum berpidato, Clinton juga bertemu dengan Obama. Percakapan pun dia lakukan denagn Kepala Staf Gedung Putih Denis McDonough.
Meski tak membantah pendapat Obama bahwa ide Rusia soal Suriah merupakan sebuah kemajuan penting, Clinton juga mengatakan, “