TEMPO.CO, Jakarta – Mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir hanya bisa tinggal di dalam asrama selama konflik di sana berkecamuk.
Mahasiswa Al Azhar asal Indonesia, Eko Wahyu, misalnya. Dia mengaku menghabiskan waktu setiap hari dengan menonton televisi. Menurut dia, Kedutaan Besar RI di Mesir telah meminta seluruh WNI untuk tidak keluar rumah. “Untungnya persediaan makanan masih cukup untuk beberapa pekan,” katanya ketika dihubungi, Kamis 15 Agustus 2013.
Akibat kondisi keamanan yang memburuk, kata Eko, agenda pemilihan ketua organisasi pelajar Indonesia di Mesir terpaksa ditunda. KBRI khawatir penyelenggaraan acara itu bisa menimbulkan kecurigaan pemerintah setempat.
“Kalau ada kumpul-kumpul, pemerintah bisa mencurigai adanya dukung-mendukung. Apalagi kami ini orang asing,” ujarnya. Walhasil, Eko hanya tinggal di Wisma Nusantara, salah satu asrama milik KBRI yang berlokasi 100 meter dari Masjid Rabaah al Adewiyah, tempat konsentrasi massa pendukung presiden Mursi.
Sementara itu, kegiatan kampus sedang menjalani libur musim panas. Menurut dia, liburan ini akan berlangsung selama tiga bulan sejak awal Ramadan lalu. “Sehingga konflik ini tidak mengganggu kegiatan perkuliahan,” katanya.
Eko tinggal bersama 11 orang rekannya di wisma itu. Mereka patuh untuk tidak keluar dari rumah pada jam-jam yang ditetapkan terutama malam hari. Sementara itu, pelajar lain yang tinggal di lokasi rawan telah pindah ke Wisma KBRI lain di distrik 10, yang lebih aman. “Sebagian lagi sudah mudik sejak awal Ramadan,” ujarnya.
EKO ARI WIBOWO