Jakarta - Sebuah film dokumenter yang tayang di stasiun TV PBS, menguak fenomena sosial yang dinamakan 'yellow fever'. Yaitu fenomena pria kulit putih yang tertarik atau bahkan terobsesi dengan wanita Asia.
Di sutradarai oleh Debbie Lum, seorang peranakan Amerika-China dari St Louis, Missouri. Menurut Debbie, persepsi utama yang ia dapatkan selama proses dokumentasi adalah pandangan stereotip yang melihat perempuan di ras Asia lebih taat dan 'tunduk'.
Hal itu juga dibenarkan melalui artikel 'Psychology Today' tahun 2011. Dr Goal Auzeen Saedi, seorang post-doktoral dalam konseling di Universitas Stanford mengungkapkan, pria kulit putih memberi pesan yang mendasari kekuasaan, dominasi, dan keuntungan jadi kulit putih. Maka dari itu, tak heran banyak pria asing cukup mudah mendekati wanita Asia.
Dalam filmnya, Debbie mendokumentasikan kehidupan Steven, pria kulit putih berusia 60 tahun yang telah dua kali bercerai. Juga pasangan barunya, Sandy, wanita asal China berusia 30 tahun yang bertemu Steven lewat internet. Steven yang memang mencari wanita Asia itu mengaku terinspirasi dari pernikahan anaknya dengan seorang imigran asal Jepang.
Dari situ, selama lima tahun terakhir Steven mulai bertukar pesan dengan ratusan wanita China lewat internet. Sampai akhirnya ia bertemu Sandy yang seorang pekerja pabrik. Steven pun terbang ke China untuk menemui gadis itu, dan kembali dua minggu kemudian ke California dengan membawa Sandy untuk dinikahi.
Di awal pernikahan, konflik mulai muncul karena masalah komunikasi. Sementara Sandy hanya bisa berbahasa Inggris dasar, Steven tidak tahu sama sekali tentang bahasa China. Liputan dokumenter itu bahkan sempat merekam Steven berteriak kepada Sandy, "Apa? Bicara dengan bahasa Inggris!" teriak Steven yang dikutip situs Daily Mail. Saat itu, Debbie yang bisa berbahasa China menjadi translator dan mediator bagi Steven dan Sandy untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Tak hanya perbedaan bahasa, film itu juga memperlihatkan fakta bahwa tidak semua wanita Asia tunduk pada pria. Steven juga menyadari ia tetap mencintai istrinya itu, walau Sandy termasuk wanita dengan temperamen tinggi dan berbeda dari stereotip orang Asia Kebanyakan.
Meskipun begitu, Steven mengaku nyaman berada dekat Sandy. Bahkan mereka telah menikah empat tahun lamanya. Menurut Debbie, obsesi Steven pada wanita Asia telah diwujudkan oleh sosok Sandy yang nyata. Walau pada kenyataannya, stereotip tentang wanita Asia yang 'tunduk' tidak selalu benar.
"Obsesi Steven pada wanita Asia telah tergantikan dengan sosok Sandy. Film ini bercerita tentang stereotip dan ekspektasi yang sangat terkait. Stereotip tentang pria kulit putih dan ekspektasi dalam sebuah hubungan," imbuhnya.
(als/eny) |