Jakarta - LVMH, sebuah perusahaan multi-miliar yang menaungi sejumlah merek fashion mewah seperti Louis Vuitton, Fendi hingga Dior, nampaknya akan berhadapan kembali dengan rumah mode Hermes di pengadilan dalam waktu dekat. Perseteruan ini terjadi pasca pernyataan dari wakil presiden LVMH, Pierre Gode.
Dikatakan dari sebuah sumber dari LVMH kepada situs WWD, Kamis lalu, (6/6/2013) bahwa LVMH melayangkan tuntutan kepada seorang manajer Hermes yang ternyata tidak diketahui identitas aslinya. Hal ini berkaitan dengan pernyataan CEO Hermes, Patrick Thomas.
Semua berawal dari pertemuan tahunan Hermes Maret lalu, dimana Thomas menuduh LVMH memperoleh 22.6 % sahamnya dengan cara penipuan. Penipuan ini mengacu pada pernyataan CEO LVMH, Bernard Arnault yang mengatakan bahwa kepemilikan saham LVMH atas Hermes tidak direncanakan dan hal tersebut tidak diduga sebelumnya.
“Entah LVMH yang tidak terorganisir, atau Arnault yang berbohong, silahkan anda menilai sendiri” ujar CEO Hermes, Patrick Thomas mengecam. Sedangkan dari pihak LVMH berpendapat bahwa berita dan kampanye yang dibuat oleh Hermes sangat menghancurkan citra LVMH, seperti yang diucapkan Godé kepada harian Prancis, Le Figaro. “kesabaran kami ada batasnya, ini saatnya publik tahu yang sebenarnya,” imbuhnya.
Dikatakan oleh WWD bahwa ada kemungkinan bahwa gugatan atas kasus manajer tak dikenal ini merupakan cara LVMH untuk menghindari otoritas pasar saham Prancis, AMF (Autorité des Marchés Financiers), senilai USD 13 juta (sekitar Rp 127 miliar), yang menganjurkan untuk membayar secara bertahap jika ingin memiliki saham Hermes.
Hal ini juga membuat publik lupa, bahwa perselisihan ini hanya sebagian kecil dari persaingan antara dua perusahaan mode mewah yang telah berlangsung sejak 2010 lalu dan telah melibatkan area publik dan banyak sekali pihak yang menanganinya.
(fer/fer) Browser anda tidak mendukung iFrame |